Jumat, 15 April 2011

Suku Marind, di Antara Busur dan Pacul

Jadi apa yang
benar-benar semua tentang? Laporan berikut termasuk beberapa informasi menarik tentang
- info bisa anda gunakan, bukan hanya barang lama yang mereka gunakan untuk memberitahu Anda.

ERWIN EDHI PRASETYA dan TIMBUKTU HARTHANA

CorneliaMahuze (60) mengaso di pematang sawahnya di Kampung Urumb, Merauke,Papua. Dinaungi bivak dari terpal kusam, ia melepas penat sehabis panenpadi. Di belakangnya tertumpuk karung berisi gabah yang siap diangkut kerumah. Usia senja tak menyurutkan semangat perempuan suku Marind iniuntuk bertani.

Saya senang bertani (padi). Anak-anak di sini su pandaibertani, ujar ibu tujuh anak ini menggambarkan aktivitas keseharianwarga Dusun Serapu, Kampung Urumb, Distrik Semangga, Merauke. Ia sendirisudah melakoni kegiatan bercocok tanam sejak usia 10 tahun.

Siangitu, Minggu (10/4), langit cerah ketika kami berjumpa dengannya didusun sunyi, sebuah tempat di ujung timur Nusantara. Kami menjangkaudusun ini setelah melintasi sabana serta menembus lebatnya pohon bus dansela-sela musamus (rumah rayap).

Suku Marind yang mendiamiMerauke, pesisir selatan Papua, kini bergelut dengan modernisasi.Tombak, busur, pasak, dan kahanggat (batang bambu yang diruncingkan)perlahan diganti pacul, sekop, dan traktor. Meski demikian, hasratberburu tetap menyala.

Cornelia bersama 200-an keluarga di KampungUrumb adalah sebagian warga Marind yang cakap bersawah dan menghasilkansekitar 1,5 ton beras tiap kali panen. Keluarga Cornelia bertani padisejak 1962 saat beberapa warga Marind di pesisir pantai hijrah kedaratan. Orangtua mereka belajar bersawah dari transmigran asal Jawa.

Berburukanguru atau rusa dengan bekal busur dan tombak jarang mereka lakukan.Demikian pula menokok (mengikis) daging pohon sagu dengan kahanggat, halitu hanya dilakoni pada waktu-waktu tertentu, seperti menjelang upacaraadat.

Kepala Pusat Kajian Pengembangan Masyarakat MarindFrederikus Gebze menuturkan, transformasi bermula pada awal 1900-anketika gelombang pendatang masuk Merauke. Kebanyakan pendatang adalahorang Jawa yang dibawa Belanda. Di Merauke mereka dikenal dengan Jamer(Jawa-Merauke).

Setelah Anda mulai bergerak melampaui informasi latar belakang dasar, Anda mulai menyadari bahwa ada lebih banyak
dari Anda mungkin memiliki pikiran pertama.

Pertemuan itu membuat orang Marind"yang umumnyaberpostur tegap, tinggi besar, dan berhidung mancung"mulai kenalpertanian padi dan palawija. Lahan persawahan mulai dibuka di sekitarpantai Merauke dan Distrik Kurik. Saat itulah, sekitar 1910, sejumlahwarga Marind membuka sawah dan menanam padi. Perkenalan suku Marinddengan sistem pertanian modern berlanjut hingga gelombang transmigrasitahun 19651995. Pada 1985 pemerintah merelokasi keluarga Marind kedaerah transmigran dan membekali mereka dengan pertanian modern, darimengolah tanah dengan pacul dan traktor, menabur benih, memupuk, hinggamemanen.

Meski transformasi tidak berjalan mulus, suku Marind yangtinggal di sekitar permukiman transmigrasi, seperti Distrik Semangga,Kurik, dan Kumbe, perlahan menyerap kecakapan budidaya. Vincentius TakaiMahuze (43), warga Kampung Urumb, Distrik Semangga, misalnya, bisamendapatkan 40 karung gabah dari 1 hektar (ha) sawahnya setiap panen.Minimal dia mengantongi Rp 3,6 juta dari penjualan 1,2 ton beras.

Walaupunsudah bertani, budaya meramu, memangkur sagu, menjaring ikan, berburu,dan berkebun dengan metode sederhana, yakni wambat (membuatderetan bedeng setinggi lutut orang dewasa untuk ditanami umbi-umbiandan pisang), tetap mereka pertahankan. Ini tersisa pada suku Marind yangbermukim di pedalaman hutan dan rawa. Mereka adalah suku Kanum, subsukuMarind yang mendiami Kampung Yanggandur, Torai, Erambu, Sota, dan RawaBiru di Distrik Sota.

Aktivitas bertani melengkapi keseharian sukuMarind asli, yaitu masuk-keluar hutan berburu rusa, babi, buaya, dankanguru. Hasil buruan dijual ke Merauke tanpa diolah lebih dulu. Olehwarga perkotaan, daging rusa itu diolah sebagai bahan bakso dan dendeng.Merauke adalah penghasil dendeng rusa yang populer.

Menurut JagoBukit, Kepala Badan Pengembangan Sosial Ekonomi Yayasan Santo Antonius,Merauke, warga suku Marind tak bisa bertahan dengan meramu dan berburu.Sebab, hutan dan sabana perburuan terdesak dan menciut karena lahanmereka dikapling pengusaha. Sektor pertanian memang menjadi fokus danunggulan Merauke. Merauke memiliki lahan pertanian potensial 2,5 juta hadengan lahan basah 1,9 juta ha. Tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Meraukemenerbitkan 46 izin investasi bidang pertanian meliputi 228.000 halahan, termasuk di tanah ulayat. Ironisnya, tanah ulayat sering dilepasdengan harga murah kepada pemilik modal. Banyak tanah ulayat dijualhanya Rp 10 (sepuluh rupiah!) per meter persegi karena iming-imingperusahaan memberi perumahan, pendidikan, dan lapangan kerja.

Sebaliknya,harus dibuka juga fakta, tak semua investor sekadar mencari untung.Mereka eksplisit punya andil menggerakkan perekonomian daerah danmenyerap tenaga kerja. Bayangkan, tanpa investasi dan campur tanganpemodal dari Jakarta"dan masuknya teknologi baru"Merauke tentu sulitsekali berkembang. Susahnya, sebagian warga tidak memiliki ketekunan dankeuletan bertani. Ini wajar karena sekian generasi mereka diberkahikemurahan alam. Karena itu, seperti kata Wakil Ketua Lembaga MasyarakatAdat Marind-anim Alberth Gebze Moyuend, sebagian warga meninggalkansawah mereka karena merasa tak sesuai dengan kultur dan adat. Tercatatlahan sawah yang terbengkalai mencapai 34 persen dari 38.402 ha lahanpertanian di Merauke.

Pastor Andreas Fanumbi Pr, pendampingmasyarakat Marind di Distrik Semangga, melihat masyarakat Marindmengalami benturan budaya. Mereka butuh pendampingan untuk bergelutdengan perubahan keadaan dan budaya. Diperlukan pendekatan budaya danreligi dengan melibatkan tiga tungku, yakni pemerintah, masyarakat, danpihak ketiga. Pendidikan diperlukan.

Bupati Merauke RomanusMbaraka bertekad melindungi masyarakat Marind. Ia menawarkan konseppenyertaan modal. Tanah adat yang kelak jadi lahan perusahaan dihitungsebagai penyertaan modal....

Itulah terbaru dari pihak berwenang
. Setelah Anda terbiasa dengan ide-ide ini, Anda akan siap untuk pindah ke tingkat berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar