Kamis, 03 Maret 2011

"Tata Niaga Pemerintah Memiskinkan Kami"

The following article includes pertinent information that may cause you to reconsider what you thought you understood. The most important thing is to study with an open mind and be willing to revise your understanding if necessary.
BANDA ACEH, KOMPAS.com - Akses ke pasar luas yang minim dan ketiadaan tata niaga komoditas pertanian kian membenamkan petani di Aceh dalam keterpurukan. Pemerintah didesak untuk segera memberikan jaminan harga dan menerapkan tata niaga agar kaum tani dan pertanian bisa bangkit.

"Sekarang ini semua komoditas pertanian terpuruk di Aceh. Padi harga jual petani rendah, tapi harga jual di pasar sangat mahal. Begitu pula produk pertanian. Semuanya diombang-ambingkan pasar. Petani tak ada yang menolong," ujar Ketua Divisi Advokasi Pertanian Suluh Tani Aceh, Yusliadi, Kamis (3/3/2011).

Saat ini, di sejumlah sentra padi di Aceh seperti Pidie, Aceh Besar, dan Bireun, sudah memulai masa panen. Harga gabah petani pun sudah turun ke level Rp 3.000 per kilogram. Namun, ironisnya harga beras di pasaran Aceh masih di atas Rp 8.500 per kilogram.

"Beras-beras yang beredar di sini semuanya beras Aceh. Tapi mengapa harganya menjadi begitu tinggi? Ini karena pedagang besar memainkannya dengan membawa beras ke Aceh ke Medan dulu baru ke Aceh. Sementara mereka membeli gabah dari petani dengan sangat murah," ujar dia.

Akibatnya, petani harus membeli beras dengan harga yang jauh lebih mahal dari daya belinya.Bulog yang semestinya ikut membantu tata niaga tak banyak menyerap gabah petani . "Pemerintah nyaris tak berbuat apa-apa. Dana talangan untuk petani kenyataannya hanya dinikmati pedagang," ujar dia.  

 

Kondisi tersebut tak hanya terjadi pada padi. Saat ini terjadi disparitas harga yang sangat tinggi di berbagai produk pertanian, seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman perkebunan semacam kopi.

I trust that what you've read so far has been informative. The following section should go a long way toward clearing up any uncertainty that may remain.

Di sentra holtikultura Dataran Tinggi Gayo, misalnya, harga jeruk madu di tingkat petani hanya Rp 5.000 per kilogram. Namun, harga di pasaran Rp 10.000 per kilogram.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena harga yang dikasih tengkeluk segitu. Kalau menjual langsung ke pasar kami tak tahu lewat mana," ujar Umar S, Ketua Kelompok Tani Tanjungpura, Kecamatan BAndar, Bener Meriah.

Selain itu, rata-rata petani jeruk atau buah-buahan yang lain sudah terjerat utang kepada tengkulak sehingga tak ada pilihan lain selain menjual jeruknya kepada tengkulak.  

 

Hal yang sama juga dialami petani kopi gayo. Meskipun saat ini harga kopi tertinggi dalam 10 tahun terakhir, namun yang menikmati keuntungannya justru toke, agen, dan pedagang besar.

"Sekarang harga kopi dari petani hanya Rp 8.500, tapi pedagang bisa menjual sampai Rp 40.000. Mau menjual langsung juga sulit karena akses pasar dikuasi pedagang," kata Yasin, Ketua Kelompok Tani Atu Lintang, Aceh Tengah.

Menurut Yusliadi, jika masalah tata niaga ini tak segera di atasi, sektor pertanian bakal terancam dan petani kian miskin. Apalagi saat ini hampir semua tanaman pertanian mengalami persoalan gangguan produksi akibat perubahan iklim.

"Ini sangat unik. Kata pemerintah kita surplus, baik beras maupun produksi pertanian lainnya. Kenyataannya, harga beras mahal, dan harga-harga produk lain juga jatuh. Ini jelas persoalan tata niaga," tandas dia.

 

As your knowledge about mobil keluarga ideal terbaik indonesia continues to grow, you will begin to see how mobil keluarga ideal terbaik indonesia fits into the overall scheme of things. Knowing how something relates to the rest of the world is important too.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar