Selasa, 19 Juli 2011

Sawung Jabo: Kritis Bukan Ceriwis

Dalam dunia sekarang ini, tampaknya hampir semua topik terbuka untuk diperdebatkan. Sementara aku sedang mengumpulkan fakta untuk artikel ini, saya cukup terkejut menemukan beberapa masalah yang saya pikir diselesaikan sebenarnya masih dibicarakan secara terbuka.
JAKARTA, KOMPAS.com -- Usia boleh bertambah, rambut boleh memutih, tetapi Sawung Jabo (60)memastikan bahwa kondisi demikian bukan halangan dalam berkarya.Sebaliknya, perjuangan penyanyi bernama asli Mochamad Djohansyah ini,bersama musisi Iwan Fals dan Setiawan Djody, tidak berubah. Pandangandan sikap kritis tetap mereka pegang teguh.

Mereka dari Anda tidak akrab dengan yang terakhir pada
sekarang memiliki setidaknya pemahaman dasar. Tapi ada lagi yang akan datang.

Seniman dan musisiasal Surabaya, Jawa Timur, ini menyadari bahwa kondisi fisik setiaporang berubah. Untuk mewujudkan idealisme, masing-masing berusahamenjaga stamina.

Memang,manusia penuh dengan keterbatasan. Demikian juga usia setiap orang,tidak ada yang mengetahui kapan perjalanan hidupnya berakhir. Jadi, mausampai mana, tidak ada yang tahu pasti, kami jalani saja, tuturpendiri kelompok Sirkus Barock pada 1976 itu.

Eksis berkesenianmerupakan cara yang dipilihnya bersama Djody dan Iwan Fals. Mereka ingintetap mengkritisi kondisi di sekitar, termasuk sosial, politik, danlingkungan. Kami mencoba kritis, tetapi tidak ceriwis, ungkap musisiitu, yang dalam bermusik kerap menggabungkan unsur Timur dan Barat. (BEE)

Sekarang Anda bisa menjadi ahli percaya diri pada
. OK, mungkin bukan pakar. Tapi Anda harus memiliki sesuatu untuk membawa ke meja waktu berikutnya Anda bergabung dengan diskusi tentang
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar