Jumat, 09 September 2011

68 Pejabat Bulog Akan Digeser

Jika Anda memiliki minat bahkan melewati di topik
, maka Anda harus melihat pada informasi berikut. Artikel ini mencerahkan menyajikan beberapa berita terbaru tentang masalah
.
JAKARTA, KOMPAS.com -- Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso akan mengevaluasi kinerja para pejabat di lingkup Bulog, Senin pekan depan. Pada kesempatan itu, akan ada 68 pejabat di Bulog yang akan mengalami pergeseran posisi.

Sutarto mengatakan, pada Senin pekan depan pihaknya akan mengumpulkan semua pejabat Bulog baik di pusat maupun di seluruh Divisi Regional Bulog."Sebagian memang masuk masa pensiun, seperti Kepala Divre Jawa Timur. Kesempatan itu sekaligus dimanfaatkan untuk menata ulang struktur di Bulog, dalam rangka meningkatkan kinerja Bulog," kata Sutarto, Jumat (9/9/2011).

Menurut Sutarto, Bulog terus mengupayakan realisasi impor beras untuk memenuhi cadangan beras nasional, sambil terus menyerap produksi beras dalam negeri, baik langsung membeli beras dari para pebisnis dengan 20 persen harga di atas HPP (harga pembelian pemerintah), maupun dengan memanfaatkan penyerapan dari program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K).

Sebagian besar informasi ini berasal langsung dari pro
. Hati-hati membaca untuk mengakhiri hampir menjamin bahwa Anda akan tahu apa yang mereka ketahui.

Realisasi kontrak beras dengan Vietnam sampai saat ini 500.000 ton. Setelah itu ada tambahan kontrak dengan Thailand 300.000 ton.

Meski begitu, Sutarto juga mendapatkan informasi kalau India juga mau melepas cadangan berasnya sebanyak 2 juta ton. Dengan adanya ekspor beras India, harga beras di pasar dunia diharapkan bisa berada pada tingkat yang ideal.

Sampai saat ini, pemerintah Thailand belum memutuskan berapa peningkatan harga pembelian beras dari petani di sana.

Sutarto mengatakan, impor beras yang dilakukan Bulog tidak berdampak langsung pada harga beras di tingkat petani. Saat ini harga beras kualitas medium di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, sejak tiga pekan lalu bertahan pada harga Rp 6.500 per kilogram.

Apakah ada benar-benar ada informasi tentang
yang nonesensial? Kita semua melihat hal-hal dari sudut yang berbeda, sehingga sesuatu yang relatif tidak signifikan untuk yang satu akan sangat penting untuk yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar